dKonten, Parenting – Bagi seorang ibu, bisa memberikan ASI ekslusif pada buah hatinya adalah kebahagiaan tersendiri. Bukan hanya memenuhi kebutuhan nutrisi yang tepat, pemberian ASI eksklusif juga menjadi sarana kedekatan emosi yang positif antara ibu dan anak. Namun, sang ibu juga harus menyadari bahwa ada saat di mana masa-masa ‘nenen’ anak harus dihentikan atau biasa disebut dengan disapih.
Menyapih anak bisa dibilang gampang-gampang susah, tapi bukan berarti nggak memungkinkan. Sang ibu bisa menggunakan cara yang efektif dan aman agar berhasil sesuai yang diharapkan, anak tetap sehat, nutrisinya terpenuhi, dan nggak ada trauma secara psikis. Di samping itu, diharapkan sang ibu juga terbebas dari masalah, misalnya payudara bengkak dan sakit karena ASI-nya nggak dikeluarkan.
Nah, ibu, seperti dilansir dari Hipwee berikut beberapa cara untuk menyapih anak dari ASI. Simak baik-baik, ya!
1. Tentukan waktu yang paling tepat untuk menyapih agar si anak bisa menerima proses ini secara alami
Nggak ada keharusan menyapih anak pada usia tertentu. Waktu terbaik adalah setelah anak berusia 1 tahun hingga 2 tahun. Dan yang pasti, baik ibu maupun anak diharapkan sama-sama siap, baik fisik maupun mentalnya.
Setiap anak punya waktu yang berbeda untuk bisa menerima keadaan bahwa ia sudah nggak lagi diberikan ASI oleh ibunya. Pada dasarnya, pemberian ASI eksklusif adalah pada usia 6 bulan pertama. Setelahnya, anak sudah diperbolehkan untuk mendapatkan makanan tambahan atau makanan pendamping asi (MPASI) hingga berusia 2 tahun. Kemampuan anak untuk menerima makanan selain ASI akan terus meningkat dari bulan ke bulan.
2. Untuk memudahkan penentuan waktu penyapihan, coba kenali tanda-tanda alami dari anak yang mau disapih
Beberapa anak bisa mengembangkan tanda-tanda alami ini sebelum genap berusia 2 tahun. Para ibu harus pandai mengamati tanda-tanda yang perlu diperhatikan, seperti:
- Tetap rewel selama menyusui.
- Mencoba untuk menghisap ASI tapi hanya sebentar.
- Merasa nggak puas atau menolak untuk mendapatkan ASI.
- Saat menyusu, ia kerap memperhatikan sekitar, ingin turun dari pangkuan, atau bermain dengan pakaian ibu.
- Lebih tertarik untuk minum dari botol atau cangkir.
- Hati-hati, jangan salah mengartikan anak yang mempunyai nafsu makan besar atau mulai tumbuh gigi, ya!
3. Mulai kurangi frekuensi menyusui secara bertahap terutama di siang hari. Atau bisa juga dengan mengurangi waktu lamanya menyusui
Cara menyapih yang benar adalah dilakukan secara bertahap. Misalnya, jika biasanya menyusui 4 kali sehari, kurangi menjadi 3 kali sehari. Mulailah di siang hari dengan memberikan MPASI dan tetap memberikan ASI di malam hari. Alternatif lain, kurangi waktu ketika menyusui. Jika kamu biasa menyusui selama 15 menit, cobalah menyusui selama 10 menit saja. Anak mungkin akan merasa cemas, rewel dan susah tidur.
Frekuensi ini bisa ditambah sesuai usia anak hingga akhirnya anak bisa lepas dari ASI secara perlahan. Hal ini bertujuan agar ASI nggak distop secara tiba-tiba, sehingga akan mengurangi risiko pembengkakan dan nyeri pada payudara.
4. Mulailah belajar membuat MPASI yang menarik untuk mengalihkan perhatian anak dari ASI. Pastikan anak selalu merasa kenyang
Pada dasarnya, anak akan menyukai makanan dengan tekstur dan rasa yang berbeda dari ASI. Kebiasaan ini harus dilakukan sejak anak bisa menegakkan kepala dan duduk sendiri dengan tegak. Apalagi jika sudah ada tanda-tanda tumbuh gigi. Berikan MPASI di waktu sarapan, camilan setelah bangun tidur, makan siang, buah dan makan malam. Jika anak merasa kenyang, maka mereka otomatis akan mengurangi keinginan minta jatah ASI.
Makanan untuk anak sebaiknya dibuat sendiri oleh ibu. Jangan terlalu sering memberikan snack atau makanan ringan. Perkenalkan MPASI dengan mendekatkan aroma makanan sambil berkata “hmmm.. lezatnya makanan ini… ”, begitu seterusnya dengan jenis makanan yang lain. Jangan pernah memaksa anak untuk memakan makanan yang ia nggak sukai.
5. Berikan ASI perahan dalam botol dan kurangi pemberian ASI secara langsung. Jika memungkinkan, ASI juga bisa diganti dengan susu formula yang sesuai
Saat bayi menginjak usai 1 tahun, mulailah dengan mengganti satu waktu pemberian ASI dengan perahan ASI dalam botol setiap hari. Tetap ikuti jadwal yang sama selama seminggu. Minggu berikutnya, tambahkan waktu untuk memberikan susu botol dan kurangi pemberian ASI secara langsung. Alternatif lainnya adalah dengan mengenalkan anak pada susu formula yang juga punya manfaat baik untuk anak. Pilihlah susu formula yang cocok dan disukai anak. Tapi juga perlu perhatikan jika anak menunjukkan gejala alergi susu formula.
6. Ubah kebiasaan sebelum tidur dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan dan membuat anak lupa untuk menyusu
Beberapa anak punya kebiasaan minum ASI menjelang tidur. Nah, kamu harus belajar untuk menghentikan kebiasaan ini. Caranya, bisa dengan mengajak anak bermain sebelum tidur, membacakan dongeng, atau mendengarkan musik dan bernyanyi. Jika anak rewel, berikan botol susu sebagai pengganti ASI. Langkah ini harus dilakukan secara terus menerus hingga anak merasa telah memiliki kebiasaan baru yang lebih menyenangkan.
Cara lain adalah dengan mencari tempat lain untuk tidur, misalnya ruang keluarga atau ruang bersantai. Tempat yang nggak biasa akan membuat anak merasa enggan untuk meminta ASI.
7. Biarkan anak belajar mengenali MPASI dengan caranya sendiri, kamu harus sabar dengan kondisi yang kotor dan berantakan
Ketika anak mulai terbiasa diberikan MPASI, maka anak akan makan dengan caranya. Beberapa anak bisa makan dengan tangan kiri atau makan dengan tangan secara langsung. Tentunya mereka belum bisa makan dengan rapi layaknya orang dewasa. Kamu harus menghargai proses ini dan biarkan anak belajar dengan caranya. Kamu juga harus bersabar dengan meja makan yang kotor dan berantakan serta baju anak yang belepotan di sana-sini. Kebiasaan makan yang baru ini memang terlihat kurang menyenangkan, tapi dari sinilah anak akan bisa mengenal makanan lezat selain ASI.
8. Selanjutnya, ajarkan anak untuk menggunakan cangkir atau gelas untuk membiasakan anak nggak mengenyot botol dengan dot karet
Mengenalkan cangkir atau gelas sejak awal sangat baik untuk mendukung proses menyapih. Berikan beberapa cangkir dengan gambar karakter, bentuk atau warna yang unik. Kebiasaan minum dengan cangkir akan membuat anak menjadi nggak terlalu tertarik dengan payudara ibu. Selain itu biasakan untuk sering minum dengan cangkir di depan anak. Cobalah mengatakan, “itu cangkirmu” dan “ini cangkir ibu”. Maka anak akan mengerti bahwa ia memiliki cangkir khusus untuk minum. Jika anak meminta minum, berikan minuman selain ASI dengan cangkir tersebut. Menjauhkan anak dari botol juga mengurangi risiko kerusakan pada giginya.
9. Peran menyapih bukan hanya untuk ibu saja, baik ayah maupun anggota keluarga lain juga penting untuk membantu
Kamu bisa mencoba bekerjasama dengan suami. Berikan kesempatan anak untuk lebih lama bermain dengan ayahnya agar nggak terlalu ingat dengan ASI. Jika anak sudah terbiasa, selanjutnya ayah bisa mencoba menidurkan anak atau merawatnya saat menangis pada malam hari.
Selain itu, nenek, kakek atau pengasuh yang dekat dengan anak juga bisa membantu. Biasakan orang-orang di sekitarmu untuk mencoba menawarkan MPASI, susu botol atau minuman dalam cangkir pada anak. Cara ini memang nggak mudah dan kamu harus sering mengulangi metode ini hingga anak benar-benar mau meninggalkan ASI.
10. Biasakan untuk bangun lebih pagi, jangan sampai anak bangun lebih pagi dari ibunya
Ubah kebiasaan bersantai di tempat tidur pada pagi hari. Biasakan untuk bangun lebih pagi dan lebih dulu dari anak dan segeralah mandi, berpakaian rapi lalu membuat sarapan. Sehingga saat anak bangun, ia akan melihat dan mulai mengerti jika ibunya siap untuk beraktivitas. Kemudian anak biasanya akan bermain, minta sarapan dan nggak ingat dengan ASI. Cara ini juga bisa membantu mengalihkan perhatiannya.
11. Rajinlah memberi pengertian pada anak dengan berbicara langsung dan menunjukkan perhatian dan kasih sayang
Pada dasarnya, anak berusia lebih dari 18 bulan sudah bisa berbicara meskipun belum jelas dan sudah bisa mengerti nasihat ibunya. Bicaralah padanya saat bangun tidur dan menjelang tidur, bahwa usianya sudah besar dan itu adalah waktunya untuk nggak lagi minum ASI. Ibu juga harus menunjukkan bahwa perhatian dan kasih sayangnya tetaplah utuh. Hal ini bisa dilakukan dengan mendekap, mengusap atau mencium anak untuk menunjukkan padanya bahwa kamu tetap menyayangi walaupun nggak menyusuinya lagi. Berikan minuman yang selalu siap di sampingnya saat menjelang tidur. Cara ini akan membantu anak untuk tahu bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk meninggalkan ASI.
Hal terpenting saat menyapih adalah fokus pada kenyamanan ibu dan anak. Nggak perlu memusingkan diri sendiri dengan membandingkan dengan orang lain karena tiap pengalaman adalah unik. Hindari menyapih anak dengan memberikan beberapa benda yang nggak menyenangkan seperti mengoleskan kunyit atau balsem pada puting payudara. Ini adalah cara kuno yang bisa menyebabkan efek trauma pada anak. Ibu masa kini harus menyapih dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang. Semoga bermanfaat!(**)