dkonten.com – Saat hendak merilis aplikasi pertama, pertanyaan mendasar yang sering muncul adalah, apakah kamu akan membuat prototipe atau Minimum Viable Product (MVP)? Apa bedanya dan untuk apa keduanya? Tulisan ini akan membahas definisi dari kedua opsi pengujian untuk produk digital, serta keunggulan relatifnya.
Sekilas tentang Pengembangan Produk Digital
Dilansir dari berbagai sumber, pendekatan Agile dalam menciptakan produk digital adalah yang paling efektif. Bukan hanya memastikan keterlibatan penuh dengan pengguna dan kebutuhan mereka, tapi juga memberikan fleksibilitas tinggi. Ini memungkinkan proyek untuk dengan cepat menyesuaikan arah jika produk yang direncanakan tidak sesuai dengan kebutuhan yang muncul.
Kehadiran metodologi Agile scrum dalam pengembangan produk digital yang dikombinasikan dengan pendekatan lean startup menjadikan prosesnya lebih efisien. Lean startup menggunakan prototyping dan tahap MVP dalam proses terstruktur yang mengubah ide bisnis menjadi proposisi yang terperinci. Ini menggunakan pengujian dan data untuk menyempurnakan visi produk. Kemudian, pendekatan sprint iteratif scrum sangat cocok untuk membangun produk sebenarnya dan kemudian memperluas skalanya.
Perbedaan Antara Prototipe dan MVP
- Prototipe menguji ide, sementara MVP menguji produk.
- Prototipe menguji konsep dasar, sedangkan MVP menguji fitur, dengan menganggap konsep dasar sudah terbukti.
- MVP dapat digunakan (walaupun dengan fungsi terbatas). Sedangkan Prototipe lebih sering menyerupai tampilan visual produk.
- Prototipe dapat menjadi landasan desain MVP.
Prototipe aplikasi adalah visualisasi interaktif dan berfungsi dari produk, bertujuan untuk mengidentifikasi kelemahan penggunaan dalam desain.
MVP aplikasi adalah versi inti dengan fitur-fitur esensial produk untuk memberikan nilai kepada pasar secepat mungkin.
Prototipe vs MVP
Perbedaan kunci dalam penggunaan MVP adalah bahwa dengan prototipe, kamu menguji konsep dan pengalaman visual potensial penggunaan produk.
Prototipe tidak memiliki fitur atau fungsionalitas, tidak ada rekayasa (atau sangat sedikit). Ini adalah sesuatu yang ditampilkan kepada pengguna (atau pemangku kepentingan, atau investor karena seringkali digunakan sebagai alat pemasaran) untuk memvalidasi tampilan dan nuansa produk. Ini adalah ‘uji coba dunia nyata’ pertama dari konsep kamu dan sebagai hasilnya dilakukan dengan cepat, dengan pengembangan, waktu, atau sumber daya minimal.
Jika terdengar sedikit ‘ringan’, tidak memberikan banyak hal kepada pengguna, itu baik-baik saja karena prototipe bertujuan untuk mendapatkan reaksi, bukan umpan balik terperinci. kamu hanya perlu tahu reaksi mereka terhadap gagasan bisnis, konsep produk – apakah ada audiens untuk itu dan apakah kamu menuju arah yang tepat, adalah pertanyaan kunci.
Manfaat Prototipe
Selain manfaat utama dalam menguji reaksi produk yang diusulkan dengan pengguna nyata secara efisien dalam penggunaan waktu, uang, dan sumber daya, ada sejumlah keunggulan lain dalam membuat prototipe produk digital kamu.
Mendapatkan komitmen – Setiap proyek memiliki pemangku kepentingan, orang-orang yang memiliki minat dalam proyek dan pengaruh dalam bagaimana proyek tersebut berlangsung. Banyak proyek juga memiliki (atau membutuhkan!) investor, orang-orang yang menyediakan dana untuk membuat produk digital kamu menjadi kenyataan dan membawanya ke pasar serta ke tangan pengguna. Prototipe dapat menjadi cara yang baik untuk memastikan komitmen pemangku kepentingan dan investor.
Wawasan yang lebih besar – Reaksi terhadap prototipe kamu akan membantu kamu lebih memahami desain kamu dan dampak potensialnya di pasar. kamu mungkin memiliki tim terbaik di dunia bekerja pada desain kamu, tetapi selama semua pemikiran tentang produk dilakukan dalam ‘gelembung tim’, kamu tidak berurusan dengan dunia nyata yang sesungguhnya. Mendengar apa yang akan dilakukan pengguna di masa depan adalah pemeriksaan kenyataan yang dapat menunjukkan risiko dan kekurangan produk kamu, dan sekadar mengkonfirmasi bahwa ide produk kamu layak untuk dikejar. Atau tidak, sesuai kasusnya.
Lebih cepat ke pasar – Berdasarkan referensi yang kami baca, tanpa bentuk pengujian selama proses pengembangan, produk akhir kamu kemungkinan besar tidak siap untuk pasar.
Kesimpulan
Menurut Jake Knapp, John Zeratsky, dan Braden Kowitz, penulis “Sprint: How to Solve Big Problems and Test New Ideas In Just Five Days”:
“Jelas, kamu bisa mengambil waktu lebih lama untuk membuat prototipe yang lebih sempurna—tetapi jika melakukannya hanya akan memperlambat proses pembelajaran. Hal ini mungkin tidak masalah jika kamu berada di jalur yang benar, tetapi mari kita akui—tidak setiap ide adalah pemenang.”
Begitu pula dengan memilih antara prototipe dan MVP: keduanya digunakan untuk menguji produk lebih awal dalam proses pengembangan, tanpa harus langsung membuat produk secara keseluruhan. Keduanya dapat digunakan untuk mengurangi biaya, risiko, dan bahkan utang teknis di masa depan.
Jika kamu perlu menguji konsep produk dasar dan bekerja dengan anggaran yang sangat terbatas, buatlah prototipe.
Jika kamu ingin membandingkan kinerja suatu fitur dengan keinginan pengguna sebenarnya, bangunlah MVP.
Apakah kamu memerlukan umpan balik terukur dari pengguna atau reaksi awal? Apakah kamu butuh tanggapan dan komitmen dari investor? Tidak ada pemenang yang jelas di antara keduanya. Pilihan terbaik tergantung pada tahap proyek dan audiens yang tersedia.
Dalam pengembangan aplikasi, baik prototipe maupun MVP memiliki peran pentingnya masing-masing. Mereka bukanlah langkah akhir, melainkan langkah awal yang berharga dalam memastikan produk yang dikembangkan memiliki nilai yang diharapkan oleh pengguna.(*)