dKonten.com, Pesawaran – Provinsi Lampung yang memiliki perkebunan kakao cukup luas dengan kebanyakan merupakan kebun warga masih belum dimanfaatkan maksimal untuk meningkatkan perekonomian.
Kakao merupakan tanaman yang dapat tumbuh dengan mudah di lahan warga. Buahnya yang dapat dimakan dan bijinya juga memiliki banyak manfaat seperti bahan dasar pembuatan cokelat.
Nah, selain itu juga dapat dibuat sabun. Bagaimana caranya? Yuuk kita ikuti langkah berikut untuk membuat sabun lemak kakao berdasarkan penelitian dari mahasiswa pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Lampung Teguh Setiawan.
Dalam penelitiannya tersebut, bahan-bahan yang digunakan yaitu lemak kakao, minyak kelapa sawit, kaustik soda (NaOH), air, minyak essensial/pewangi. “Untuk bahan kaustik soda (NaOH) dapat dibeli di toko Kimia yang ada di Bandar Lampung atau wilayah Anda. Begitu juga dengan minyak essensial yang nantinya untuk pewangi dari sabun dengan selera Anda,” ungkap dia kepada dKonten.com.
Sebelumnya, lanjut dia, untuk membuat lemak kakao. “Dimana lemak kakao terbuat dari biji kakao kering yang dipanasin terus diperas. Nanti ada dua hasil dari perasan, ada lemak dan ampas cokelat. Lemak kakao buat bahan kosmetik, ampas coklat digiling jadi bubuk cokelat yang kita minum selama ini,” tuturnya.
Untuk pembuatan sabun, lanjut Teguh, peralatan yang dibutuhkan adalah timbangan digital, panci stainless, kompor gas, termometer, cetakan sabun, kain handuk tebal, pisau stainless, pipet tetes, sendok, plastik wrapping, label kemasan. “Bahan-bahan tadi minyak kelapa sawit, lemak cokelat (didapatkan dengan membeli ditoko online atau pabrik pengolahan kakao di Pesawaran), NaOH (kaustik Soda), Air, dan Pewangi,” paparnya.
Kemudia, membuat larutan alkali/larutan lye (air + NaOH) dengan sebelumnya menggunakan baju lengan panjang, kaca mata pelindung, masker dan sarung tangan karet. “Prinsip kehati-hatian sangat diperlukan karena cairan ini bisa mengakibatkan kebutaan apabila terkena mata, atau mengakibatkan rasa terbakar apabila terkena kulit. Sediakan pula cairan cuka, hal ini untuk mengantisipasi apabila kulit terkena cairan alkali. Lakukan diruang terbuka atau tempat yang mempunyai udara bebas. Jangan menghirup udara yang keluar dari larutan ini. Lalu masukan NaOH ke dalam air (dengan pelan) dan bukan sebaliknya. Jika di lakukan sebaliknya, akan mengakibatkan letupan yang sangat berbahaya bagi kulit dan mata,” urainya.
Nah, selanjutnya memulai pembuatan sabun lemak kakao dengan bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengolahan sabun berbasis lemak kakao disesuaikan. “Air dan kaustik soda (larutan lye) dilarutkan terlebih dahulu, sementara lemak kakao dan minyak dipanaskan sampai mencapai suhu 45-50 C. Setelah keduanya mencapai suhu yang hampir sama, maka larutan lye dituangkan ke dalam minyak, diaduk sampai mencapai trace (trace adalah kondisi dimana larutan sabun mengental akibat pangadukan),” terang dia yang menjalani penelitian di Desa Durian Padangcermin, Pesawaran ini.
Masih kata dia, bentuknya menyerupai mayones atau fla. “Cara untuk mengetahui apakah proses saponifikasi sudah terjadi? dengan menggunakan sendok, ambil sedikit sabun. Bila sabun yang menempel pada sendok langsung mengering atau tidak menetes maka reaksi saponifikasi sudah terjadi. Setelah diberi pewarna dan pewangi, maka sabun siap untuk dituangkan ke dalam cetakan selanjutnya tutup dengan kain atau handuk tebal dan didiamkan selama 24-48 jam untuk menetralkan alkali,” tuturnya.
Setelah itu, kata Teguh, sabun dikeluarkan dari cetakan, dipotong-potong sesuai keinginan Anda dan diamkan selama 4-6 minggu (curing process). “Setelah curing process selesai, sabun siap untuk digunakan atau dikemas. Dengan sekali cetak untuk ukuran kecil bisa mendapatkan sepuluh sabun ukuran kecil dan hanya menghabiskan biaya Rp30 ribu,” tutupnya. (*)