Benarkah Beriklan di Google Ads Itu Mahal dan Tidak Menguntungkan?

Pinterest LinkedIn Tumblr +

dKonten.com, Digital Marketing – Menangani berbagai tipe klien dengan kebutuhan berbeda cukup menambah pengalaman saya di bidang periklanan digital terutama untuk beriklan lewat Google Ads.

Pernah terjadi ada salah satu klien yang merasa bahwa hasil penjualan yang didapat dari beriklan di Google Ads cenderung merugi.

Klien mencontohkan misalnya nilai yang Ia bayarkan ke Google Ads itu 5 juta rupiah, dengan convertion rate 0,5% – 2% dari jumlah pengunjung website hanya mendapatkan 5-20 penjualan, dengan profit sekitar 3 Juta.

Secara hitungan, memang masuk akal bila klien berpikir demikian, tapi dia juga masih bingung dengan bagaimana perusahaan e-commerce seperti Traveloka, Lazada, Tokopedia, Bukalapak dan sebagainya bisa mendapatkan keuntungan bila mengunakan Google Ads.

Pada artikel kali ini Saya akan memberikan perspektif berbeda yang mungkin bisa menjadi jawaban bagi Kamu untuk bisa mengambil kesimpulan apakah beriklan di Google Ads menguntungkan atau tidak.

Adanya Channel Akuisisi Pelanggan yang lain

Ilustrasi via Pexels

Jika Kita menghitung setiap kustomer itu datangnya dari iklan berbayar, jelas kita akan rugi atau untung tapi tipis banget.

Tapi perusahaan e-commerce punya cara lain untuk mendatangkan pelanggan atau customer acquisition selain lewat iklan berbayar. Misalnya lewat SEO atau pencarian organik yang murah sekali karena setiap kliknya Kita tidak perlu bayar.

Atau lewat media sosial dari pengguna sosmed yang meng-share produk kita. Atau lewat email newsletter, yang memang biasa dimanfaatkan oleh e-commerce.

Channel-channel tersebut kalau tidak murah sekali, ya gratis.

Jadi ada semacam subsidi silang antara channel pemasaran berbayar dengan channel pemasaran yang gratis.

Jika begitu alasannya, mengapa Kita tidak menggunakan channel gratisan saja?

Jawabannya adalah karena channel pemasaran gratisan itu perlu waktu dan effort untuk dibangun. SEO butuh lebih dari tiga bulan untuk bisa muncul di halaman pertama. Diperlukan strategi yang baik untuk mengumpulkan audiens di media sosial dan membutuhkan proses yang cukup banyak untuk mendapatkan email subscriber.

BACA JUGA  Pengen Terjun ke Dunia UI/UX, Belajarnya Mulai Darimana?

Sedangkan banyak klien, tentu berpikir bahwa bisnis perlu berputar dulu, biarlah margin kecil yang penting volume naik. Berikutnya, mereka bisa menemukan keseimbangan antara media berbayar dan media gratisnya dalam mendatangkan kustomer baru atau kustomer yang melakukan pembelian ulang.

Sedangkan pada umumnya, e-commerce menggunakan iklan untuk meningkatkan awareness dan mendatangkan kustomer baru.

Begitu sudah masuk ke website, pengungung baru di konversi, ada yang belanja/konversi dan jadi sales, atau subscribe email/media social dll.

Yang terpenting dari traffic berbayar itu bisa jadi sesuatu dan bukan jadi traffic yang sia-sia.

Pada kunjungan berikutnya, kustomer yang sudah mengenal brand akan masuk dari channel lain selain iklan, seperti channel gratisan seperti penjelasan di atas.

Intinya Perusahaan e-commerce itu memiliki cara lain untuk mendatangkan pelanggan (customer acquisition) selain lewat iklan berbayar.

Perusahaan e-Commerce Memang Merugi dengan Sengaja

Ilustrasi via Pexels

Perspektif saya ambil dari berbagai sumber bahwa perusahaan e-Commerce seperti yang disebutkan di atas memang merugi dengan sengaja.

Mereka sengaja mengeluarkan biaya atau istilahnya “bakar uang” lewat iklan berbayar secara besar-besaran.

Pertanyaannya dari mana uang itu berasal? Dari investor besar di belakang mereka pastinya.

Tujuannya apa sehingga ada istilah bakar uang? Tentu supaya growth alias pertumbuhan perusahaan menjadi sangat cepat. Perusahaan mengejar pertumbuhan brand awareness, pertumbuhan jumlah kustomer, mengejar pertumbuhan jumlah transaksi, atau mengejar volume omset. Dalam perhitungan investor, kelak ada waktunya perusahaan e-commerce akan meraih keuntungan.(*)

Share.

About Author

I am a Full-Stack Developer who loves to translate designs files into Website and Application, Based in Bandar Lampung - Indonesia

Comments are closed.