Antara Harapan dan Kenyataan, Mengungkap Beberapa Aspek Kesenjangan Dunia Kerja dan Pendidikan

Pinterest LinkedIn Tumblr +

dkonten.com – Dalam era di mana teknologi terus berkembang dengan pesat, kesenjangan antara dunia kerja dan pendidikan semakin terasa. Sebagai contoh, di Indonesia, fenomena ini sangat nyata terlihat dalam berbagai lapisan pendidikan, dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Tulisan di Facebook oleh Widy Agung Priasmoro membuka mata kita terhadap realitas ini dan menimbulkan pertanyaan penting: di mana sebenarnya titik kesalahan?

Bimbel Sejak Usia Dini: Permintaan Tinggi, Kekhawatiran yang Tidak Perlu

Pertama-tama, mari kita melihat kecenderungan orangtua yang cenderung mengarahkan anak-anak mereka untuk mengikuti bimbingan belajar (bimbel) sejak usia dini. Bahkan, anak-anak yang baru saja menyelesaikan kelas 1 SD pun sudah ‘dipaksa’ untuk bergabung dengan bimbel. Alasannya? Kekhawatiran bahwa anak tidak akan bisa naik kelas. Fenomena ini mencerminkan permintaan yang tinggi akan bimbel, yang menciptakan kekhawatiran yang tidak perlu pada usia yang sangat muda.

Kekhawatiran Para Lulusan: Tambahan Pelatihan untuk Mendapatkan Pekerjaan

Ilustrasi EdTech

Namun, apakah masalah ini hanya terjadi di tingkat SD? Ternyata tidak. Widy Agung Priasmoro mengamati bahwa fenomena ini merambah ke setiap lapisan pendidikan, bahkan hingga tingkat perguruan tinggi. Lulus dari perguruan tinggi pun tidak menjamin ketenangan bagi para lulusan. Mereka masih merasa perlu mengikuti pelatihan tambahan di platform seperti Udemy atau mengikuti bootcamp agar lebih yakin mendapatkan pekerjaan setelah lulus.

Kekhawatiran pada Para Pekerja di Dunia Teknologi

Foto oleh Mikhail Nilov: https://www.pexels.com/id-id/foto/kantor-laki-laki-duduk-komputer-7988082/

Kemudian, masuklah kita ke dunia para pekerja, terutama di bidang teknologi informasi dan pemrograman. Dalam kelompok para programmer, kita menemui kekhawatiran yang nyata, terutama pada mereka yang memasuki usia 30-an. Mereka merasa bingung mengenai langkah apa yang seharusnya diambil selanjutnya. Kekhawatiran akan kehidupan keluarga dan anak-anak di rumah menjadi faktor yang signifikan.

BACA JUGA  Hattrick, Raih 9 Kursi PDI Perjuangan Pesawaran Kembali Menangi Pileg

Berbagai Pendekatan Mengatasi Ketidakpastian di Dunia Kerja

Berbagai cara diambil oleh para pekerja ini untuk mengatasi ketidakpastian tersebut. Beberapa melompat dari satu perusahaan ke perusahaan lain demi gaji yang lebih tinggi. Ada yang memilih banting setir dan membuka bisnis sendiri, sementara yang lain memilih untuk mencoba keberuntungan di dunia jual-beli. Bahkan ada yang memilih untuk bekerja di kantor sambil menyelesaikan proyek-proyek mereka sendiri.

Perubahan Dinamika Pekerjaan dan Persaingan di Pasar Kerja

Perubahan zaman juga mempengaruhi kebutuhan pasar kerja. Bahkan dalam dunia pengembangan perangkat lunak, menjadi pegawai negeri sipil (PNS) dianggap bukanlah jaminan untuk diterima setiap tahunnya. Banyak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lebih memilih bekerja sama dengan perusahaan swasta daripada merekrut developer secara langsung. Hal ini membuat para pekerja di dunia teknologi bingung mencari pekerjaan tetap yang menawarkan jenjang karir hingga pensiun.

Orientasi Mahasiswa dan Kesulitan Penerapan Teori ke Praktik

Namun, di mana letak kesalahan? Salah satu permasalahan utama yang diidentifikasi adalah orientasi mahasiswa. Terlalu banyak mahasiswa yang hanya fokus pada tujuan cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan. Widy Agung Priasmoro menegaskan bahwa lulus cepat tidak cukup. Mahasiswa perlu memiliki kesiapan mental, sikap yang benar, dan pengetahuan yang memadai.

Dari pengalamannya, banyak fresh graduate yang cum laude tetapi bingung saat dihadapkan pada soal non-teknis dan teknis di dunia kerja. Mereka mungkin telah memahami teori dengan baik, tetapi kurangnya pengalaman praktis membuat mereka kebingungan. Pada saat yang sama, Widy Agung Priasmoro mengamati bahwa mahasiswa yang menjadi asisten laboratorium, meskipun tidak cum laude, lebih cepat mendapatkan pekerjaan. Hal ini karena mereka sudah memiliki pengalaman praktis yang cukup melalui asistensi laboratorium.

BACA JUGA  Gandeng GGF Pemkab Pesawaran Gelar Kontes Durian

Kurangnya Klarifikasi Tujuan Saat Memulai Kuliah

Masalah lainnya adalah kurangnya kejelasan tujuan saat memulai kuliah. Banyak mahasiswa yang masuk kuliah tanpa memahami dengan jelas apa tujuan mereka. Beberapa bahkan terkecoh, mengira kuliah di bidang komputer akan fokus pada hal-hal terkait komputer saja. Padahal, mereka kemudian menemui mata kuliah seperti Calculus, Aljabar Linear, dan rumus-rumus persamaan yang terasa tidak relevan.

Perbedaan Kurikulum dan Keterbatasan Peluang

Foto oleh Christina Morillo: https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-menggunakan-macbook-1181288/

Di beberapa daerah, terutama di luar Jawa, masih terdapat kurikulum yang dianggap ‘kuno’ atau ‘usang’. Widy Agung Priasmoro memberikan contoh pengalaman temannya di Sumatera, di mana dosen masih mengajarkan konsep-konsep dengan pendekatan Microsoft dan bahkan belum akrab dengan Linux. Penggunaan basis data seperti Ms. Access dan FoxPro juga menjadi hal yang umum. Di sisi lain, di daerah lain, sudah banyak yang menggunakan Github dan Google Docs, serta memanfaatkan teknologi seperti ChatGPT.

Kesenjangan antar pulau di Indonesia juga turut berpengaruh pada kesempatan pendidikan dan pekerjaan. Widy Agung Priasmoro mencatat bahwa banyak pemuda Sumatera yang memiliki kecerdasan luar biasa, namun kurangnya peluang membuat sebagian dari mereka memilih jalur yang salah, seperti menjadi hacker atau carder. Dia bahkan pernah dihubungi oleh seorang teman polisi di Sumatera yang meminta bantuan dalam menangani pelaku pembuat APK undangan melalui WA dan Telegram.

Dalam konteks perusahaan, terutama di Indonesia, ada masalah serius terkait perlakuan terhadap para pengembang perangkat lunak. Banyak perusahaan yang menekan harga developer semurah mungkin, dengan tuntutan pekerjaan yang melibatkan berbagai peran, termasuk fullstack development dan desain. Jika seorang developer tidak tahan dan ingin mengundurkan diri, dia sering ditahan-tahan dan tidak diberikan kenaikan gaji yang sepadan. Bahkan, ada cerita tentang penggantian baru yang dipekerjakan untuk menggantikan

BACA JUGA  Pasal 385 KUHP Lindungi Pemilik Tanah di Indonesia dari Penyerobotan
Share.

About Author

I am a Full-Stack Developer who loves to translate designs files into Website and Application, Based in Bandar Lampung - Indonesia

Comments are closed.