dKonten.com, Bandar Lampung – Juri Festival Film Mahasiswa Indonesia (FFMI) 2020 membagikan pengalaman dan ilmu dalam menjalani profesi sebagai filmaker nasional kepada ratusan peserta se Indonesia.
Hal ini disampaikan Ario Rubbik, Benny Kadarhariarto dan Greg Arya dalam seminar daring Kelas Film dalam rangkaian kegiatan FFMI 2020 yang digelar Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya melalui platform zoom Selasa, (20/10/20). Ketiganya juga menceritakan awal mula berkarya hingga menjadi filmaker nasional.
Ario Rubbik mengatakan tidak pernah terpikir berniat menjadi insan perfilman. “Agak menarik memang dari Fakultas Hukum lalu ke Sutradara. Karena saya tidak ada niat menjadi insan perfilman. Tahun 1999 kuliah belajar menjadi pembantu umum dari audio visual hingga Asisten Sutradara dan Sutradara,” ungkap dia dalam rilis kepada media.
Ario –biasa dia disapa – menuturkan bahwa sempat ditertawakan oleh semua teman dan keluarga ketika mengatakan akan menjadi sutradara. “Semua keluarga dan tertawa kalau usia 38 menjadi sutradara,” ujarnya.
Menurutnya, kendala tidak menjadikan halangan bagi setiap orang untuk berkarya. “Karena dari keterbatasan dapat berkarya dengan baik atas kemauan dan niat,” imbuhnya.
Greg Arya mengatakan hal senada bahwa dirinya juga tidak pernah terpikir untuk menjadi editor film. “Sebenarnya saya tidak pernah bercita-cita untuk menjadi filmaker. Setelah lulus SMA tidak tahu mau kemana dan cita-cita saya juga menjadi seorang arsitek tetapi tidak tahu juga. Suka ngutak-atik komputer dan coba ngedit sehingga jadi terbiasa,” ungkapnya.
Menurutnya, editor memiliki peran cukup penting dan sentral untuk mengontrol dan membuat ceritanya menjadi baik. “Kalau di dalam editing pembagian masing-masing itu saya kerja dengan asisten editor,” ujar lulusan ISI ini
Sementara, Benny Kadarhariarto mengatakan keterbatasan jangan dijadikan sebuah kendala. “Kita tidak punya kamera tetapi bisa menggunakan handphone. Kita tidak punya lighting tetapi kita memiliki matahari dari Allah yang sangat bagus cahayanya,” ungkapnya.
Om Ben –biasa dia disapa – menerangkan jangan menjadikan hidup untuk manja. “Apa yang ada di tempat kita jangan manja. Tetaplah menjadi orang yang merasa bodoh karena dengan merasa bodoh itu akan tetap belajar terus. Sekarang saya juga belajar terus dengan teman-teman,” ujarnya.
Menurutnya, film adalah salah satu media untuk menyampaikan sebuah pesan. “Film yang bagus adalah film yang memiliki pesan didalamnya. Jadi film yang bagus itu film yang punya pesan. Saya selalu bilang ke teman-teman jangan dari ajakan tetapi dari keresahan untuk menyampaikan pesannya,” paparnya.
Mungkin teman-teman sudah menonton Avenger yang memiliki pesan di dalamnya. “Filmnya berpesan tentang environment. Dimana Thanos menghancurkan dunia ini untuk kembali seperti semula karena dunia sudah tidak baik lagi lingkungannya,” ucapnya.
Sebelumnya, Wakil Rektor 3 IIB Darmajaya Muprihan Thaib, S.Sos., M.M., mengatakan dengan digelarnya kelas Film ini diharapkan sineas-sineas muda dapat menyerap ilmu yang diberikan oleh ketiga praktisi film nasional. “Dari kegiatan ini juga diharapkan setiap mahasiswa dapat mengirimkan karya film terbaiknya untuk merebutkan kategori pemenang dalam FFMI 2020,” ungkapnya.
Muprihan berpesan agar tetap terus berkarya dengan menjaga dan mematuhi protokol kesehatan. “Lahirkan karya-karya terbaik meskipun terdapat keterbatasan karena apapun yang dilakukan akan tetap bernilai,” pungkasnya. (*)