dKonten.com, Tanggamus – Dam bagi sebagian orang mengetahuinya sebagai denda terutama menurut bahasa arab, namun sebagian lainnya mengartikan sebagai bendungan atau waduk. Sebutan Dam biasa digunakan dan identik dengan bendungan masa peninggalan sejarah.
Seperti salah satu Dam di Tanggamus tepatnya di Jalan Irigasi RT VII Dusun II A Gisting Bawah, Gisting, Tanggamus. Peninggalan zaman Belanda ini juga menjadi salah satu objek wisata di Provinsi Lampung umumnya dan Kabupaten Tanggamus pada khususnya.
Bagi Anda yang ingin jalan-jalan dengan cerita sejarahnya mungkin tepat untuk mengunjungi lokasi Dam Margo Tirto. Perjalanan sekitar 2 jam dari Bandar Lampung melalui jalan lintas barat Kabupaten Pesawaran – Pringsewu ke Gisting Tanggamus. Margo dalam bahasa Jawa yang berarti Kampung dan Tirto diartikan sebagai air.
Dam Margo Tirto merupakan peninggalan zaman Belanda. Mulanya Dam yang kini berdiri di tengah perkampungan penduduk ini berbentuk benteng pertahanan Belanda pada tahun 1930.
Lokasi yang saat itu memang dikelilingi pohon bambu dan semak belukar terdapat sumber air. Namun pembuatan Dam baru dilakukan tahun 1972 ketika aparatur desa yang memimpin saat itu Yanim selaku Kepala Desa Gisting Bawah.
Dam Margo Tirto dengan panjang 80 m dan lebar 30 m dapat mengaliri sawah Gisting Bawah, Purwodadi dan Kotadalam saat itu. Tahun 1984, benteng yang berada di depan Dam dengan tinggi sekitar 7 m dan panjang 20 m ini terputus karena ditimpa pohon besar.
Dam Margo Tirto memiliki tiga bagian. Bagian pertama merupakan benteng atau tembok penahanan air. Tengahnya merupakan bagian penampungan air dengan kedalaman 1,2 m. Bagian ketiga merupakan pintu air penahan yang digunakan untuk jalannya air sebagai irigasi.
Pengelola Dam Margo Tirto Puryadi menuturkan dahulu mulanya bukan Dam melainkan benteng pertahanan Belanda. “Terbentuknya Dam tahun 1972 dibuat tanggul oleh Kepala Desa Gisting Bawah saat itu Yanim. Tapi tahun 1984 benteng tersebut putus karena ketimpa pohon besar,” ungkap dia kepada dKonten.com belum lama ini.
Pur sapaan akrab dari Puryadi ini menerangkan usai tahun 1984, Dam tidak terurus dan terbengkalai. “Tahun 2014 bulan April dengan swadaya masyarakat melakukan perbaikan pada lantai sekitar kolam. Bulan Agustusnya Pemerintah kabupaten Tanggamus memberikan bantuan dengan melakukan penaludan sepanjang 200an m dan pengerukan,” ceritanya.
Menurutnya, Dam Margo Tirto dari Jalan Lintas Barat Gisting, Tanggamus menuju ke dalam melalui Jalan Irigasi sekitar 700 m. “Untuk masuk ke lokasi gratis namun jika menggunakan fasilitas di Dam seperti berkeliling menggunakan bebekan dikenakan tarif. Anak-anak Rp3 ribu dan dewasa Rp5 ribu,” ujarnya.
Pur menjelaskan Dam Margo Tirto ramai saat akhir pekan. “Ramainya memang hari Sabtu dan Minggu. Yang berwisata juga bukan dari sini saja tapi bule juga pernah datang,” tuturnya.
Masih kata dia, untuk fasilitas kini Dam Margo Tirto telah memiliki toilet dan saung. “Ada kolam renang kecil buat anak-anak yang berasal dari sumber air di Dam. Pengunjung juga tidak harus khawatir karena areal parkir disini luas,” bebernya.
Pur menegaskan dari tahun 1972 hingga kini belum pernah ada kejadian orang tenggelam di Dam. “Dari Dam ini masyarakat sekitar mendapatkan penghasilan tambahan. Pemerintah Kabupaten hanya tahun 2014 memberikan bantuan. Kini pun kami bersama empat rekan lainnya yang mengelola melalui BUMDes,” tandasnya. (*)