dkonten.com, Finansial – Keberhasilan seorang investor di pasar saham, bukan lah ditentukan dari kecanggihan analisa, ataupun besarnya modal yang dimiliki, melainkan mindset atau pola pikir yang tepat. Apabila seorang investor memiliki kecanggihan analisa, didukung dengan tools yang canggih, namun ternyata memiliki mindset yang salah dalam berinvestasi maka bisa dikatakan akan percuma.
Warren Buffett pernah mengatakan:
“You don’t need to be a rocket scientist. Investing is not a game where the guy with the 160 IQ beats the guy with 130 IQ”
Dalam kalimat tersebut, Warren Buffett ingin menyampaikan bahwa untuk dapat berhasil di dunia investasi tidak memerlukan IQ super tinggi. Banyak orang yang berpikir bahwa mereka tidak mungkin dapat berhasil di dunia investasi karena tidak memiliki latar belakang keuangan. Pada kenyataannya, banyak orang yang bisa berhasil di pasar modal meskipun tidak memiliki latar belakang keuangan.
Untuk bisa menjadi seorang investor (value investor) yang berhasil, kita perlu memahami apa saja mindset seorang Value Investor:
1. Value Investor memiliki mindset seorang business owner
Ingat bahwa ketika kita membeli saham sebenarnya kita telah membeli bagian dari perusahaan tersebut, bukan hanya selembar kertas (saham) atau sembarang angka pada layar laptop atau smartphone Anda.
Saat Anda duduk untuk menganalisis bisnis Anda harus bertanya pada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan tertentu. Apakah ini masuk akal jika saya adalah CEO? Dimana bisnis ini menghasilkan uang? Bisakah itu terus menghasilkan uang? Tren apa yang akan menghalangi bisnis ini untuk terus menyusuri jalannya? Siapa yang dapat mengambil pangsa pasar dari kita? Bila Anda menerapkan pola pikir ini, Anda akan mengerti investasi Anda dengan cara yang mungkin tidak Anda duga sebelumnya.
Ini akan membuat Anda menjauh dari berinvestasi di perusahaan yang tidak Anda pahami, dan hasilnya investasi Anda akan menjadi lebih baik.
2. Value Investor juga memiliki orientasi jangka panjang
Seorang Value Investor tahu bahwa dalam jangka pendek, pasar saham akan berfluktuasi. Namun dalam jangka panjang, harga sahamnya akan mengikuti seiring fundamental perusahaannya. Sehingga seorang Value Investor akan senantiasa berpikir untuk jangka panjang.
Misalkan, seorang Value Investor akan bertanya kepada diri mereka sendiri : Apakah perusahaan ini akan tetap memiliki kinerja yang baik 5 -10 tahun mendatang? Jika jawabannya adalah tidak, maka mereka tidak akan mau berinvestasi di perusahaan tersebut.
3. Value Investor juga senantiasa berpikir secara rasional
Berinvestasi di pasar saham (apalagi dengan metode Value Investing) bukanlah seperti orang yang pergi ke casino. Ketika orang pergi ke casino, semua orang ingin memenangkan uang tetapi mereka lebih banyak berspekulasi.
Namun, lebih banyak orang pulang dengan jumlah uang lebih sedikit ketimbang mereka yang pulang dengan jumlah uang yang lebih banyak. Sayangnya, banyak orang memperlakukan instrumen saham seperti hal nya casino.
Sangat banyak spekulan di pasar saham, yang hanya melakukan jual dan beli saham berdasarkan feeling, informasi dari orang lain, ataupun berdasarkan rumor. Inilah yang menjelaskan mengapa banyak orang memasuki pasar saham dengan harapan menghasilkan uang, tapi hanya sedikit yang berhasil melakukannya.
4. Value Investor senantiasa memiliki kesabaran untuk melihat harga sahamnya bertumbuh
Berinvestasi di pasar saham membutuhkan waktu untuk bisa bertumbuh. Namun sayangnya banyak investor yang tidak berhasil di pasar saham, bukan karena mereka tidak pandai menganalisa, melainkan karena mereka tidak sabaran. Banyak sekali kita jumpai orang yang menyebut dirinya investor saham, namun mengeluh karena sahamnya tidak naik-naik padahal baru memegang saham selama satu minggu. Banyak orang yang berharap “profit instan” dari pasar saham.
Warren Buffett pernah mengatakan:
“Stock Market is a device for transferring money from the impatient to the patient”
Warren Buffett tidak sedang bercanda. Ungkapan tersebut adalah benar adanya. Warren Buffett sebagai Value Investor memahami betul bahwa dalam jangka pendek kita tidak bisa memprediksi pergerakan harga saham. Banyak investor yang tidak bersabar melihat harga sahamnya untuk bertumbuh akhirnya memilih untuk masuk ke saham-saham yang sedang naik tinggi, berharap bahwa harga sahamnya akan naik lebih tinggi lagi. Namun seringkali terjadi, harga sahamnya justru bergerak turun dan alhasil investor tersebut justru merugi dan menjual harga sahamnya di harga rendah.(*)