Ubi Cilembu, Makanan Sehat Banyak Manfaat Ada di Way Halim

Pinterest LinkedIn Tumblr +

dKonten.com, Bandar Lampung – Ubi Cilembu, makanan menyehatkan asal Sumedang, Jawa Barat, kini mulai digemari masyarakat Bandar Lampung. Awalnya, masyarakat yang belum tahu kandungan serta manfaatnya, masih beranggapan Ubi Cilembu seperti ubi jalar atau biasa disebut Mantang. Akibatnya, agak terkaget-kaget mengetahui harganya yang lumayan jauh dibanding Mantang, sehingga sedikit enggan mencoba kelezatannya.

Yanto, salah satu penjual Ubi Cilembu di Jalan Pajajaran, Gunung Sulah, Way Halim, Bandar Lampung, menuturkan suka duka usahanya menjual dan mengenalkan Ubi Cilembu ini di Bandar Lampung.

“Saya sudah menjual ubi ini sejak delapan tahun yang lalu,” ujar mantan pegawai Dinas Pertanian ini mengawali pembicaraan dengan media online Lampung dKonten.com.

Yanto mengaku, awal membuka dagangan ini di Kota Bandar Lampung, dirinya sangat kesulitan untuk mengajak masyarakat untuk membeli ubi Cilembu, ketika itu masyarakat menilai ubi miliknya terlalu mahal.

“Awalnya sulit sekali saya jual Ubi Cilembu ini, soalnya banyak yang bilang ini mantang tapi kok harganya mahal banget gitu, saya coba jelaskan pelan-pelan kalau ini memang benar mantang tapi jenisnya berbeda, pokoknya panjang lebar sehingga pembeli ingin mencoba,” ujarnya.

Berbekal pengalaman yang sudah selama delapan tahun mengolah Ubi Cilembu, kini Yanto dapat menghasilkan Ubi Cilembu yang bercita rasa tinggi. Setiap Ubi Clembu dijualnya perkilo seharga Rp17 ribu untuk yang mentah dan Rp22 ribu untuk yang sudah matang atau sudah dioven.

“Karena sudah delapan tahun itu jadi saya sudah berpengalaman lah untuk mengolahnya. Ternyata semua harus diperhatikan dari waktu diovennya, suhunya. Ubi ini kurang enak kalau pengolahannya digoreng, dikukus atau dibakar. Ubi ini kan mengeluarkan kayak cairan madu gitu kalau dioven, itu sebanrnya yang membuat ubi ini sangat manis dan unggul dari mantang lainnya,” ungkapnya.

BACA JUGA  Sensasi Citarasa Pedas Ala Sambel Alu di Bandar Lampung

Banyak keunggulan yang bisa didapat dari ubi ini, diantaranya meskipun ubi ini sangat manis namun bagi penderita penyakit diabetes diperbolehkan menkonsumsi mantang ini, selain itu juga berfungsi untuk organ tubuh lainnya.

“Sangat banyak manfaatnya, ubi ini itu baik sekali untuk penderita diabetes, meskipun ini sangat manis ya tapi diperbolehkan sudah ada juga penelitiannya, kemudian bagus juga untuk lambung. Kalau makan ubi itu pasti kita mengeluarkan angin toh dan itu bagus, banyak mengandung vitamin juga serta baik untuk kesehatan mata ya, namun untuk penderita jantung tidak boleh terlalu banyak mengkonsumsi ubi cilembu ini,” imbuhnya.

Hingga kini, Ubi Cilembu miliknya sudah menjadi makanan idaman di Kota Bandar Lampung meskipun tidak sebanyak penggemar makanan serupa lainnya seperti gorengan. Yanto kini bisa meraup omzet Rp5 Juta setiap bulannya dengan menjual Ubi Cilembu sebanyak Rp2,5 Ton.

“Kalau sekarang ya saya bersyukur karena sudah mulai rame dan masyarakat mengertilah kalau ubi ini makanan yang sehat dan patut untuk dikonsumsi. Harganya juga yang terjangkau pastinya, meskipun banyak makanan lain tapi ubi Cilembu ini sekarang banyak peminatnya. Kalau omzetnya itu lima juta pasti saya dapet perbulannya sekitar 2,5 ton ubi Cilembu tapi pasti ada penyusutannya itu ya,” ulasnya.

Utamakan Kualitas

Yanto selalu mengutamakan kualitas Ubi yang dijualnya sehingga tidak merugikan pembeli ketika mencicipi produk olahannya. “Saya selalu menjaga kualitas, itu yang paling utama, untuk ketahanan ubi ini kalau diluar itu bisa tahan tiga hari tapi kalau dimasukan kulkas bisa tahan sampai lima hari,” tutupnya.

Pria yang memiliki tujuh anak ini mengatakan dirinya pernah rugi. Tiga keranjang Ubi Cilembu yang berisi 158Kg tidak terjual pada saat awal merintis usahanya. Rasa putus asa, sempat mebuat Yanto pernah berhenti untuk berjualan selama tiga bulan.

BACA JUGA  5 Tempat Makan Pempek Asyik di Lampung

“Saya itu pernah rugi tiga keranjang, gak kejual itu Ubi Cilembu, tiga keranjang itu 158 Kg, memang susah banget cari pembeli pada saat itu, sampai-sampai saya pernah berhenti selama tiga bulan untuk berjualan karena sempet putus asa aja sama usaha ini,” ceritanya.

Setelah berhenti selama tiga bulan, akhirnya dirinya memutuskan untuk membuka kembali lapak miliknya yang berada di depan rumah. Motivasi datang dari anak-anak. Isteri serta keluarganya untuk tetap berjualan ubi khas Jawa Barat tersebut.

“Sudah tiga bulan saya berhenti itu, saya dapat motivasi dari anak-anak, keluarga, istri saya juga ikut nyemangatin, jadi saya memutuskan untuk berjualan lagi. Sejak itu saya mulai optimis karena sudah mulai juga beberapa media televisi lokal yang meliput ini dan sangat berpengaruh ya dengan usaha saya, jadi semakin rame,” bebernya.

Bagikan Selebaran

Tahun 2013 menurut Yanto, menjadi tahun keberuntungan baginya. Dagangannya mulai diminati dan dicintai oleh masyarakat Bandar Lampung karena keunggulan rasanya yang dirasa berbeda dari mantang pada umumnya.

“Kalau orang sini kan nyebutnya itu mantang, dan ya mulai tahun 2013 itu sudah mulai laku dan laris, satu bulan itu bisa habis satu ton Ubi Cilembu. Saat itu, saya juga sering membagikan liflet (selebaran) jika ada pembeli jadi bisa mengetahui juga kandungan nutrisi yang ada di Ubi Cilembu ini. Kalau sekarang saya sudah bisa menjual 2,5 ton perbulannya, setiap dua minggu sekali saya memesan langsung dari Sumedang,” jelasnya.

Penjual bernama lengkap S.Pujianto ini memperlihatkan sertifikat usaha yang dimiliknya secara resmi dari Kementerian Hukum dan Ham. Sertifikat ini sangat membantu mempromosikan dagangannya sehingga percaya akan kualitas ubi yang dimiliki Yanto.

BACA JUGA  Galantine, Menu Olahan Daging di Planet Ice Cream

“Saya juga sudah ada sertifikat nih, jadi kalau penjual yang resmi kayak saya ini ada sertifikatnya. Kita juga ada perkumpulannya ya mas, jadi semacam asosiasi pedagang Ubi Cilembu di seluruh Indonesia,” ungkap Yanto.

Terhadap sertifikat itu, Yanto menjelaskan, khusus pedagang resmi bersertifikat, harus mengikuti peratura. Salah satunya, mereka harus mematok harga yang sama di sekitar lingkungan ini, dan tidak boleh berdekatan jualanny. “Ya banyak pokoknya peraturannya,” tuturnya sambil memperlihatkan Sertifikat Asli yang dimilikinya. (*/AK)

Penulis : Aden Kuswira Wicaksana

Share.

About Author

Comments are closed.