Di balik aplikasi-aplikasi canggih yang kamu pakai setiap hari, ada orang-orang yang kerja keras di balik layar. Mereka duduk berjam-jam di depan layar, ngetik kode sambil minum kopi yang udah dingin. Siapa mereka? Para developer.
Tapi, tahu nggak sih? Banyak developer yang capek banget, bukan cuma karena coding-nya yang rumit, tapi karena tekanan dari klien yang kadang nggak masuk akal. Yuk, kita bahas kenapa hal ini sering kejadian dan gimana caranya biar nggak terus-terusan jadi korban.
1. Klien Cuma Lihat Hasil, Nggak Paham Proses

Ilustrasi
Banyak klien mikirnya gini:
“Saya udah bayar, pokoknya harus jadi.”
Padahal bikin aplikasi atau website itu butuh proses yang panjang. Mulai dari mikirin alurnya, nyambungin ke sistem lain, ngecek bug, sampai akhirnya bisa dipakai. Bukan sekadar tambal sulam.
Masalahnya, banyak developer yang nggak ngejelasin ini dari awal. Jadi klien mikir semua bisa beres dalam semalam. Ujung-ujungnya? Klien kecewa, developer stres.
2. Takut Klien Kabur, Jadi Asal Janji

Image by pressfoto on Freepik
Ini sering banget kejadian, apalagi buat yang masih freelance atau baru mulai.
“Daripada klien batal, mending aku iyain aja dulu.”
Akhirnya janjiin bisa selesai cepat, bisa semua fitur, padahal nggak realistis. Pas kerja, malah keteteran sendiri. Klien ngerasa ditipu, developer burnout.
Mending dari awal jujur soal kemampuan dan waktu yang dibutuhin. Nggak semua klien bakal kabur kok, asal kamu jelasin dengan baik.
3. Nggak Ada Kontrak atau Dokumen yang Jelas
Semua komunikasi cuma lewat chat. Gak ada dokumen, gak ada perjanjian, gak ada batasan. Jadi pas klien minta revisi terus-terusan, kamu nggak bisa nolak.
Kontrak itu penting, bukan karena mau ribet, tapi supaya kerja sama jelas. Siapa ngelakuin apa, kapan, dan batasannya apa aja.
4. Klien Nggak Tahu Cara Kerja Developer, Tapi Developer Juga Nggak Jelasin

Ist
Misalnya klien bilang:
“Cuma tambah tombol doang, masa lama?”
Padahal tombol itu nyambung ke database, ke sistem login, dan harus dites dulu biar nggak error. Tapi kalau kamu nggak jelasin dengan bahasa yang gampang dimengerti, klien bakal nganggep kamu lelet.
Edukasi klien itu penting, tapi nggak usah teknis banget. Cukup jelasin prosesnya dengan bahasa santai.
5. Budget Minim, Tapi Minta Fitur Segunung
“Mas, saya cuma punya 2 juta, tapi pengen aplikasi yang bisa booking, live chat, dashboard, dan bisa pembayaran otomatis ya.”
Ya nggak bisa gitu juga dong.
Tapi karena takut kehilangan kerjaan, banyak developer yang terima aja. Lama-lama malah rugi waktu dan tenaga. Harusnya sih kamu juga sadar, bahwa waktu dan keahlian kamu itu bernilai.
6. Nggak Ada Batas Waktu atau Jam Kerja

Ilustrasi
Jam 10 malam, klien tiba-tiba WA: “Mas, tolong dicek sekarang ya, penting banget.”
Kalau kamu nggak bikin aturan dari awal soal jam kerja dan waktu respon, ya kamu bakal dianggap selalu standby. Padahal kamu juga butuh istirahat dan waktu buat diri sendiri.
Terus, Gimana Dong Biar Nggak Ketekan Terus?
Tenang, ada beberapa cara supaya kamu nggak terus-terusan kerja dalam tekanan:
- Jualan jasa dalam bentuk paket
Misalnya: “Landing page 3 halaman, revisi maksimal 2x, harga Rp 3 juta, selesai dalam 7 hari.” - Bikin kontrak atau minimal dokumen kerja
Tulis semua hal penting: fitur apa aja, revisi berapa kali, estimasi waktu, dll. - Pakai platform kerja yang lebih tertata
Jangan semua di WA. Pakai Trello, Notion, atau Email biar rapi dan ada jejaknya. - Berani bilang nggak
Kalau permintaan di luar kesepakatan, bilang aja dengan sopan. Misal: “Fitur ini di luar scope awal, bisa kita bahas untuk batch selanjutnya ya.” - Edukasi klien pelan-pelan
Bukan ngajarin secara teknis, tapi cukup kasih tahu alur kerjanya. Biar mereka ngerti bahwa semua butuh proses. - Tolak klien yang toxic dari awal
Klien yang nggak mau paham, suka maksa, dan nggak mau bayar lebih? Mending tinggalin. Masih banyak klien yang lebih sehat.
Developer Butuh Ruang untuk Berkarya
Kerja bikin aplikasi atau website itu butuh waktu, pikiran, dan tenaga. Dan yang paling penting: developer juga butuh dihargai.
Jadi, yuk mulai dari sekarang bikin sistem kerja yang lebih sehat. Komunikasi jelas, batasan ada, dan klien juga diajak ngerti prosesnya. Biar kamu bisa kerja dengan tenang, berkualitas, dan tetap punya waktu buat hidup.
Semangat buat kamu, para pejuang kode!