Teknologinya Makin Canggih, Tapi Kok Mindset Kita Makin Seenaknya?

Pinterest LinkedIn Tumblr +

Teknologi diciptakan untuk mempermudah hidup manusia. Tapi yang sering kejadian justru sebaliknya: semakin mudah, semakin banyak juga orang yang meremehkan. Ketika developer susah payah bikin template website atau alat AI yang bisa ngebantu kerja manusia, malah muncul mindset baru yang bikin geli sekaligus miris — “Ah, gampang, tinggal pakai template aja.” Padahal dibalik “tinggal pakai” itu ada darah, waktu, dan pikiran para kreator.

Bahkan makin ke sini, perkembangan AI bikin orang makin salah kaprah. Sekarang desain website bisa dibikin cuma pakai ngetik prompt. Orang awam yang dulu bingung soal kode, sekarang bisa bikin tampilan dalam hitungan detik. Tapi alih-alih bersyukur dan menghargai, sebagian orang malah makin meremehkan proses kreatif di balik layar.

Kemudahan Teknologi = Rendahnya Apresiasi?

IlustrasiFenomena ini bukan hal baru, tapi makin terasa. Saat teknologi bikin segalanya lebih instan, mindset sebagian orang ikut bergeser — dari yang awalnya “wah, keren ya bisa bikin ini,” jadi “alah, gitu doang mah gue juga bisa.” Ini yang bikin banyak developer, desainer, bahkan pekerja kreatif lainnya ngerasa nggak dihargai.

Contoh simpelnya: template web. Banyak orang berpikir template itu muncul begitu saja, kayak buah jatuh dari langit. Padahal, untuk bikin satu template aja, butuh riset desain, coding rapi, testing di berbagai device, sampai urusan performa loading. Itu semua bukan kerja 5 menit sambil ngopi. Tapi lucunya, masih banyak yang bilang, “Ngapain bayar mahal, tinggal download template aja kan?”

Ini yang bikin kita bertanya-tanya: sebenarnya yang rusak itu teknologinya atau mindset penggunanya?

Saat AI Bikin Desain Cuma dari Teks

Sekarang AI udah bisa bantu generate tampilan website hanya dari input teks. Tinggal ketik: “Bikin landing page untuk produk skincare dengan gaya minimalis, warna pastel, dan tombol call-to-action yang mencolok,” boom! Sekejap jadi.

BACA JUGA  Tanjung Putus Surga Bawah Laut Lampung

Apakah ini keren? Tentu. Apakah ini bisa bantu kerja? Banget. Tapi di saat yang sama, muncul lagi “generasi instan” yang berpikir semua itu mudah. Bahkan ada yang berani bilang, “Ngapain belajar desain, sekarang udah ada AI.”
Loh, kalau semua semudah itu, kenapa masih banyak perusahaan besar rekrut UI/UX Designer? Kenapa masih ada agensi desain yang laris manis? Jawabannya satu: karena meskipun teknologinya canggih, tetap butuh sense dan pemahaman manusia di balik semua itu.

Salah Teknologinya? Bukan. Tapi Salah Mindsetnya

Ilustrasi

Teknologi nggak pernah salah. Yang salah adalah bagaimana kita — sebagai manusia — menyikapinya. Di tangan orang yang punya empati, teknologi jadi alat bantu luar biasa. Tapi di tangan orang yang cuma mau hasil instan tanpa proses, teknologi jadi alasan untuk meremehkan.

Bayangin aja, developer ngoding sampai begadang, debugging sampai migrain, terus ada yang bilang, “Ah bikin aplikasi gini doang, masa mahal sih?” Rasanya kayak habis bantuin orang pindahan rumah, tapi pas selesai malah dibilang: “Loh, gitu doang?” — Sakitnya tuh di logika.

Tanpa pondasi empati, nggak akan ada penghargaan terhadap proses kreatif. Dan kalau proses kreatif nggak dihargai, jangan kaget kalau makin banyak talenta yang males berinovasi.

Ini Bukan Sekadar Soal Uang

Ist

Banyak orang berpikir, “Kan dibayar, ya wajar dong kerja keras.” Padahal ini bukan cuma soal uang. Ini soal menghargai proses. Soal mengakui bahwa di balik setiap baris kode, ada pemikiran. Di balik tampilan UI yang clean dan nyaman, ada jam-jam panjang mikirin user journey.

Menghargai developer atau kreator bukan berarti harus puji-puji berlebihan. Cukup dengan nggak meremehkan proses mereka aja udah cukup. Jangan sampai, kita jadi generasi yang cuma bisa pakai, tapi nggak pernah tahu cara menghargai.

BACA JUGA  20 Tips Menulis Blog yang Keren dengan Bantuan ChatGPT

Mindset yang Perlu Diubah

Kita perlu ubah cara pandang. Bukan berarti harus bisa ngoding atau desain dulu baru boleh komentar, tapi setidaknya sadar bahwa setiap alat canggih yang kita pakai itu ada yang menciptakan. Dan menciptakan itu bukan hal yang sepele.

Mindset yang menghargai teknologi dan penciptanya akan melahirkan ekosistem yang sehat. Munculnya teknologi baru akan dianggap peluang untuk belajar dan berkembang, bukan justru alasan untuk malas atau meremehkan.

Jangan Cuma Pakai, Tapi Pahami

Teknologi memang diciptakan untuk memudahkan, tapi bukan untuk membuat manusia jadi malas mikir. Apalagi sampai jadi pribadi yang sok tahu dan meremehkan kerja keras orang lain.

Jadi, saat kamu pakai template website yang keren, atau pakai AI buat bikin tampilan, sempatkan mikir:
“Siapa ya yang bikin ini semua? Hebat juga sih bisa mikirin logic-nya.”
Karena apresiasi kecil itu, bisa jadi semangat besar buat para kreator.

Ingat: menghargai itu nggak harus mahal. Tapi efeknya bisa luar biasa.

Share.

About Author

Kami adalah tim ahli dalam web development, strategi SEO, dan pelatihan web. Kami membantu bisnis Anda tumbuh secara online dengan desain yang kreatif, konsultasi yang tepat, dan pelatihan yang efektif.

Leave A Reply