Di dunia digital, kita sering mendengar kalimat “fokus pada pasar lokal dulu, baru go global.” Tapi kenyataannya, makin banyak praktisi SEO dan pemilik website di Indonesia justru menyerah dengan SEO lokal dan memilih menyasar target internasional. Kenapa bisa begitu?
Kalau kamu salah satu yang mulai merasa frustasi dengan hasil pencarian lokal yang makin tak menentu, artikel ini akan sangat relate buatmu. Kita akan bahas alasan-alasan kenapa SEO lokal makin terasa “nggak bersahabat” dan kenapa banyak yang justru lebih nyaman bermain di pasar luar negeri.
1. Viral Marketing Lebih Mendominasi Algoritma Lokal

Photo by Anna Shvets: https://www.pexels.com/photo/woman-in-white-crew-neck-t-shirt-using-macbook-pro-3986953/
Di Indonesia, platform seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts semakin jadi acuan tren. Banyak brand dan bisnis lokal lebih memilih mengejar konten viral dibanding membangun konten evergreen berbasis tulisan. Ini bikin perhatian publik dan bahkan search engine ikut teralihkan.
🚫 Konten edukatif atau tulisan panjang cenderung tenggelam oleh banjir konten video pendek yang cepat, lucu, atau kontroversial.
Akibatnya, strategi SEO yang fokus ke artikel blog berkualitas dan edukatif jadi terasa kurang dihargai. Banyak content creator lokal akhirnya menyerah dan memilih membuat konten untuk audiens global, yang masih menghargai artikel mendalam dan long-form content.
2. Persaingan Kata Kunci Lokal yang Tidak Sehat
Pernah coba riset kata kunci untuk target lokal Indonesia? Banyak keyword lokal kini justru dikuasai oleh situs besar, media online, bahkan website spam yang hanya copas artikel.
Situs kecil dan personal blog nyaris tidak punya tempat karena:
- Algoritma cenderung mengutamakan brand besar.
- Banyak situs asal-asalan dengan backlink spam tetap muncul di halaman pertama.
- Optimasi on-page yang bagus pun kalah karena faktor domain authority.
Hal ini bikin banyak SEO strategist merasa usaha mereka tidak sebanding dengan hasil yang didapat dari pasar lokal.
3. Monetisasi Konten Lokal yang Lemah

Foto oleh Ling App: https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-tangan-laptop-internet-14706181/
Monetisasi iklan seperti Google AdSense dan afiliasi di pasar lokal masih jauh dari kata menguntungkan. Nilai CPC (cost per click) untuk pasar Indonesia tergolong sangat rendah, bahkan dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia atau Filipina.
Sementara jika menargetkan pengunjung dari:
- Amerika Serikat,
- Kanada,
- Inggris,
- atau Australia,
…nilai iklan bisa berkali-kali lipat lebih tinggi. Ini alasan praktis kenapa banyak blogger dan publisher akhirnya fokus membuat konten berbahasa Inggris dan membidik trafik dari luar negeri.
4. Pasar Lokal Lebih Suka Konten Hiburan daripada Edukasi

Foto oleh Aline Viana Prado: https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-mengenakan-kacamata-hitam-3491678/
Tidak bisa dipungkiri, banyak pengguna internet Indonesia masih lebih menyukai konten drama, gosip, viral, atau lucu-lucuan ketimbang konten informatif dan edukatif.
Hal ini membuat artikel SEO yang padat informasi cenderung di-skip. Bahkan, walau muncul di halaman pertama Google, belum tentu bisa menghasilkan klik dan konversi.
Sebaliknya, pembaca luar negeri (terutama dari negara maju) masih punya budaya membaca yang kuat, dan menghargai artikel panjang yang well-written.
5. Google Lebih Optimal untuk SEO Internasional

Foto oleh fauxels: https://www.pexels.com/id-id/foto/foto-orang-menggunakan-laptop-3183174/
Meskipun Google adalah mesin pencari global, algoritma lokal kadang terlalu disesuaikan dengan tren lokal yang tidak selalu relevan dengan kualitas konten.
Fakta menarik:
- Banyak artikel Bahasa Inggris buatan orang Indonesia bisa ranking tinggi di Google US dengan teknik SEO dasar.
- Sebaliknya, artikel Bahasa Indonesia yang ditulis rapi dan informatif sering dikalahkan oleh situs besar yang hanya memuat clickbait.
Jadi tak heran banyak praktisi SEO lokal memutuskan untuk bermain aman dengan menargetkan pasar internasional saja.
6. Tren Digital Indonesia Lebih Cepat Berubah

Foto oleh Andrea Piacquadio: https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-yang-duduk-saat-menggunakan-ponsel-3768128/
SEO adalah strategi jangka panjang. Tapi di Indonesia, tren bisa berubah hanya dalam hitungan minggu. Hari ini orang cari “cara investasi aman”, minggu depan sudah berubah jadi “cara cepat viral di TikTok.”
Dengan ritme yang terlalu cepat, artikel SEO yang kamu buat hari ini bisa usang sebelum sempat ranking.
Berbeda dengan pasar luar negeri yang tren-nya lebih stabil, seperti:
- Panduan keuangan pribadi,
- Resep sehat,
- Teknologi dan review produk.
Konten seperti ini tetap relevan selama bertahun-tahun.
7. Tantangan Bahasa dan Dukungan Tools Terbatas

Foto oleh Andrea Piacquadio: https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-duduk-di-kursi-sambil-bersandar-di-laptop-3791136/
Tools SEO seperti Ahrefs, Semrush, dan SurferSEO jelas lebih powerful saat digunakan untuk keyword berbahasa Inggris. Data mereka lebih lengkap, saran optimasinya lebih akurat, dan fitur-fitur AI-nya didesain untuk pasar internasional.
Sementara untuk Bahasa Indonesia:
- Data volume pencarian sering tidak akurat.
- Keyword suggestion terbatas.
- Analisis SERP-nya sering tidak konsisten.
Ini membuat optimasi SEO lokal terasa seperti menebak-nebak.
8. Fokus Global Membuka Peluang Lebih Luas

Foto oleh Porapak Apichodilok: https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-yang-memegang-bola-dunia-menghadapi-gunung-346885/
Selain dari sisi teknis, ada alasan bisnis juga. Dengan menargetkan audiens internasional:
- Kamu bisa membangun authority global.
- Potensi kolaborasi atau client dari luar negeri lebih besar.
- Nilai jual brand pribadi jadi meningkat.
Banyak content creator, blogger, dan bisnis digital di Indonesia sekarang lebih fokus membangun blog berbahasa Inggris, menjual e-book ke luar negeri, atau menawarkan jasa freelance ke klien internasional.
Bukan Menyerah, Tapi Beradaptasi

Foto oleh Andrea Piacquadio: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-berkerah-kaos-kuning-dan-celana-hitam-duduk-di-trotoar-3760777/
Pindah fokus dari SEO lokal ke SEO internasional bukan berarti menyerah, tapi lebih ke bentuk adaptasi. Pasar lokal punya keunikan tersendiri, tapi tidak semua strategi bisa berhasil di sini — terutama jika kamu bermain di konten berbasis tulisan.
Dengan memahami keterbatasan SEO lokal dan kelebihan pasar internasional, kamu bisa lebih bijak memilih fokus dan energi. Toh, pada akhirnya yang penting bukan “asal dari mana traffic-nya,” tapi seberapa besar impact yang bisa kamu hasilkan dari traffic tersebut.
Tips Awal untuk Pindah ke SEO Internasional:
- Mulailah membuat blog berbahasa Inggris dengan niche spesifik.
- Fokus pada konten informatif yang evergreen.
- Gunakan tools seperti Grammarly, ChatGPT, atau SurferSEO untuk membantu menulis dan mengoptimasi.
- Belajar dari kompetitor global dan terus update skill.
Kalau kamu merasa SEO lokal mulai tidak relevan dengan strategi kamu, tidak apa-apa. Dunia digital itu luas. Kadang kita memang harus melangkah lebih jauh untuk menemukan ruang yang lebih nyaman untuk tumbuh.