Ketika SEO Lokal Saja Tidak Cukup
Sebagai seorang blogger dan web developer, saya mulai menyadari satu hal: ada batas ketika kita hanya mengandalkan SEO lokal. Konten blog yang saya tulis dalam bahasa Indonesia cenderung stagnan di angka views yang itu-itu saja, padahal saya sudah konsisten membuat konten berkualitas.
Bukan berarti SEO lokal tidak penting — tetap penting. Tapi saat saya ingin menjangkau pembaca yang lebih luas dan memaksimalkan potensi blog secara global, saya mulai mempertimbangkan SEO internasional sebagai langkah berikutnya.

View harian mentok di bawah 1.000. Kayaknya SEO lokal udah nggak cukup lagi
Untuk itu, saya menjalani eksperimen selama 7 hari penuh. Fokusnya: belajar SEO internasional dengan pendekatan praktis dan langsung diterapkan.
Berikut hasilnya. Mulai dari apa yang saya lakukan hari per hari, hingga strategi konten yang terbukti bisa menjaring trafik dari luar negeri.
Hari 1 – Setup Teknis Blog untuk SEO Internasional
Langkah pertama adalah mempersiapkan versi berbahasa Inggris dari blog saya. Saya menggunakan WordPress dan menambahkan struktur URL khusus untuk memisahkan konten global.
Saya juga install plugin penting berikut:
- Yoast SEO – membantu optimasi on-page
- Akismet – memfilter komentar spam
- Wordfence – perlindungan keamanan situs
- XML Sitemap Generator – agar Google bisa mengindeks lebih cepat
Lalu saya tes performa blog dengan GTmetrix:
- Performance Score: 93%
- LCP: 623ms (sangat baik)
- Fully Loaded: di bawah 4 detik
Hasil dari PageSpeed Insights juga cukup bagus:
- Performance: 79
- Accessibility: 89
- SEO: 100
Skor performa situs ada di angka 79 (masih bisa ditingkatkan), aksesibilitas 89, dan nilai sempurna untuk SEO dan praktik terbaik.
Kesimpulan: blog saya sudah cukup siap untuk menyajikan konten internasional dari sisi teknis.
Hari 2 – Riset Keyword Global yang Relevan
Di hari kedua, saya mulai mendalami riset keyword global. Saya tidak mencari keyword umum seperti “how to make money online” atau “travel guide”, tetapi justru fokus ke long-tail keyword yang lebih spesifik dan terhubung dengan konteks lokal—yang tetap bisa dipahami audiens global. Salah satu blog riset yang saya gunakan memang mengangkat niche berbasis muatan lokal, seperti budaya daerah, bisnis lokal, dan hewan liar tropis.
Contohnya, saya menguji keyword seperti:
“practical snake guide for locals in Southeast Asia”
Keyword ini saya uji di Google menggunakan parameter gl= dan hl= untuk mensimulasikan hasil pencarian dari negara-negara seperti Jerman dan Nigeria. Ini membantu saya melihat bagaimana konten lokal yang dikemas dengan pendekatan global bisa tetap relevan dan punya peluang trafik internasional.
Hasil:
- Di Jerman, hasil pencarian didominasi forum expat dan artikel keselamatan
- Di Nigeria, muncul konten survival seperti “how to avoid snake bites in the bush”
Tools yang Saya Pakai:
- Ahrefs dan Ubersuggest – untuk mengetahui volume pencarian dan tingkat persaingan
- VPN + Google Search lokal – untuk simulasi SERP tiap negara
Dari sini, saya sadar bahwa pengalaman lokal kita bisa menjawab rasa ingin tahu global — asalkan disampaikan dengan bahasa yang tepat.
Hari 3 – Optimasi On-Page agar Lebih Internasional
Saya lanjut dengan memperbaiki elemen on-page agar sesuai standar SEO internasional:
- Ubah slug URL ke bahasa Inggris
- Meta title dan description saya sesuaikan dengan tone native
- Struktur heading saya rapikan (H1 → H2 → H3)
- Tambahkan atribut lang=”en” di tag HTML
Belum saya terapkan plugin multilingual seperti TranslatePress, tapi saya pastikan konten yang ditujukan ke global ditulis dengan konsisten dalam bahasa Inggris.
Hari 4 – Muncul Trafik dari Luar Negeri

Memasuki hari keempat, mulai terlihat lonjakan kunjungan. SEO internasional mulai menunjukkan hasilnya.
Hari keempat jadi titik awal munculnya trafik internasional.
Beberapa pembaca dari Jerman, Nigeria, dan Amerika Serikat mulai masuk ke blog. Artikel dengan performa tertinggi saat itu adalah:
“What to Do If You See a Snake While Traveling in Southeast Asia: A Local Survival Guide”
Menariknya, penghasilan AdSense ikut naik, dan saya mulai memahami pola perilaku pembaca global: mereka mencari informasi yang praktis, otentik, dan tidak terlalu turistik.

Blog traffic goes international
Hari 5 – Susun Strategi Konten Berdasarkan Keyword

Ist
Setelah dapat sinyal positif, saya mulai membangun strategi konten berdasarkan keyword yang sudah terbukti berhasil.
Langkah-langkahnya:
Kelompokkan keyword ke beberapa tema:
- Wildlife & Snake Safety
- Budaya kopi di Asia
- Remote work & digital nomad
- Tips traveling lokal yang bisa dipahami pembaca luar
Buat template konten SEO:
- H1: Keyword utama
- H2: Masalah + solusi nyata
- H2: Panduan praktis
- H2: Insight budaya atau klarifikasi mitos
- H2: Kenapa topik ini penting
Susun kalender editorial 1 bulan:
Tanggal | Judul | Target Negara | Volume | Prioritas |
---|---|---|---|---|
15 Juli | Snake Survival Tips in Asia | US, Nigeria | 1600 | ✅ Tinggi |
18 Juli | Coffee for Remote Workers | US, Germany | 1200 | ✅ Tinggi |
21 Juli | Avoiding Jungle Mistakes | Belanda | 900 | 🟡 Sedang |
Saya juga menyesuaikan tone artikel berdasarkan audiens:
- Amerika Serikat: gaya santai, fokus keselamatan
- Jerman: detail dan informatif
- Nigeria: langsung ke solusi, berbasis skenario nyata
Hari 5 (Part 2) – Distribusi Konten Secara Manual
SEO tanpa distribusi itu ibarat toko bagus di gang buntu. Di hari ini saya mulai aktif membagikan konten ke beberapa platform:
- Reddit (r/travel, r/digitalnomad)
- Quora (jawab pertanyaan terkait)
- Medium (versi repost)
- Grup Facebook internasional (seperti Expats in Asia)
Saya juga mulai mengirim email ke beberapa blogger niche untuk menawarkan guest post atau tukar link. Bahkan komentar di forum pun saya manfaatkan — selama masih relevan.
Meskipun baru awal, efeknya langsung terasa dari sisi visibilitas dan engagement.
Hari 6 – Evaluasi: Mana yang Berhasil?
Saya pakai data dari Google Search Console dan GA4 untuk analisis performa:
Fokus analisis:
- Negara mana yang muncul impresi
- Artikel mana yang diklik
- Bounce rate dan waktu baca rata-rata
Aksi yang Saya Lakukan:
- Judul yang CTR-nya rendah saya ubah
- Tambah internal link ke artikel relevan
- Paragraf pembuka saya revisi supaya lebih menarik
Saya juga dapat keyword baru dari GSC yang dicari user setelah mendarat di blog.
Hari 7 – Buat Cluster Konten Pendukung

Ist
Dari satu artikel yang performanya bagus, saya kembangkan menjadi beberapa konten pendukung (cluster).
Contoh:
Artikel utama:
“What to Do If You See a Snake While Traveling in Southeast Asia”
Saya kembangkan jadi:
- Top 5 Deadliest Snakes in Southeast Asia
- How Locals Deal with Snake Sightings
- Cultural Myths vs Snake Safety Reality
- Common Mistakes Travelers Make Around Wildlife
Semua artikel ini saya saling tautkan satu sama lain agar memperkuat posisi SEO-nya.
Kesimpulan: Apa yang Bisa Kamu Coba?
Yang Terbukti Efektif:
✅ Gunakan keyword long-tail
✅ Uji SERP tiap negara dengan Google lokal
✅ Optimasi teknis blog
✅ Buat konten otentik dari perspektif lokal
Yang Masih Perlu Dikembangkan:
🔸 Jaringan dengan komunitas global
🔸 Strategi backlink jangka panjang
🔸 Ekspansi ke bahasa lain
Rencana Saya Selanjutnya:
- Terbitkan 3–4 artikel cluster per minggu
- Perluas outreach lewat guest post
- Bangun email list & newsletter
- Coba promosi berbayar untuk konten evergreen
Kalau kamu seorang blogger, content writer, atau digital marketer dari Indonesia yang ingin menjangkau audiens global, sekarang waktunya. Pengalaman dan perspektif lokal kita punya nilai tinggi — asal disampaikan dengan cara yang pas.
Dunia digital itu luas — tinggal kamu mau explore lebih jauh atau tidak.
Kalau kamu ingin belajar lebih lanjut, saya juga menggunakan Python untuk scraping dan analisis keyword otomatis — tapi itu mungkin kita bahas di artikel teknikal selanjutnya ya 😉