dkonten.com, Finansial – Disadari atau tidak, investor saham kerap kali melakukan kesalahan yang cukup berbahaya dalam berinvestasi.
Kesalahan yang dilakukan oleh para pemula merupakan hal yang wajar terjadi, sebab dari kesalahan tersebut investor pemula bisa memperbaiki kesalahannya dan mampu mengambil keputusan investasi yang lebih baik lagi.
Menurut Rivan Kurniawan, seorang Indonesia Value Investor yang memulai perjalanan investasi saham sejak tahun 2008, berikut adalah 10 kesalahan umum yang seringkali dilakukan oleh para investor pemula.
#1 Mencoba Menangkap Pisau Jatuh
Pisau jatuh (falling knife) merupakan istilah untuk menggambarkan fenomena turunnya harga sebuah saham dalam waktu singkat. Kejadian pisau jatuh bisa saja disebabkan oleh faktor fundamental seperti turunnya laba bersih, atau karena faktor emosional seperti dorongan sentimen investor yang negatif.
Biasanya, membeli saham saat harganya sedang jatuh mengandung risiko yang tinggi. Saham falling knife bisa memantul, tapi bisa jatuh terus menerus.
Karena itu, janganlah terlalu terburu-buru untuk menangkap pisau. Idealnya, tunggu sampai pisau tergeletak di lantai. Bagaimana maksudnya tergeletak di lantai? dalam hal ini yaitu ketika harga saham telah bergerak secara stabil. Hal lain yang tidak kalah penting, cermati penyebab kejatuhan harga sahamnya dan lakukan analisis fundamental yang mendalam sebelum memutuskan untuk membeli saham tersebut.
#2 Takut Membeli Saham Saat Pasar Bearish
Kondisi ekonomi bergerak secara siklus, terkadang di atas, terkadang di bawah. Saat perekonomian bagus, bursa saham bergairah dan mengangkat harga saham naik (bullish). Investor pun menyukai membeli saham saat pasar bullish.
Sebaliknya, saat ekonomi memburuk, bursa saham akan lesu, dan investor jadi pesimis. Hal ini pun akan mempengaruhi harga saham, sehingga nilainya akan turun (bearish).
Jika kita lihat dengan seksama, pasar yang bearish menawarkan kesempatan investasi untuk membeli saham bagus dengan harga murah.
#3 Mudah Putus Asa
Memiliki saham, artinya memiliki sebagian kecil persentase dari sebuah bisnis suatu perusahaan. Investasi saham pun dapat dianalogikan dengan berbisnis. Kamu pun harus siap dengan risiko yang ada, yaitu ketidakpastian. Artinya, kamu siap bukan hanya pas dapat keuntungan saja, tapi juga siap terhadap risiko kerugiannya.
Pengusaha yang sukses pasti pernah mengalami jatuh bangun dalam menjalankan bisnisnya. Demikian pula dengan investor saham, ketika kamu sebagai investor saham pemula membuat kesalahan dalam investasi, jangan mudah putus asa dan meninggalkan bursa.
Belajarlah dari kegagalan tersebut, dan perbaiki cara investasinya, sehingga kamu dapat menjadi investor cerdas bermental baja.
#4 Jatuh Cinta pada Satu Saham
Saat seorang investor sudah jatuh cinta kepada satu saham, ia pun cenderung mengabaikan hal buruk tentang saham favoritnya, hanya ingin mendengar yang baik-baik saja.
#5 Tidak Melakukan Diversifikasi
Masalah kesalahan investor pemula selanjutnya adalah investor saham tidak melakukan diversifikasi investasi. Poin ini terkait dengan poin sebelumnya, bila seorang investor jatuh cinta pada satu saham, maka dia akan enggan untuk mendiversifikasi portfolionya.
Padahal, diversifikasi dapat menurunkan risiko investasi. Bila seorang investor menaruh uangnya hanya pada satu saham yang dipercayainya, tentunya hal ini kurang bijaksana dan sangat berisiko.
Diversifikasi inipun dapat kamu lakukan dalam 2 cara:
- Menyimpan dana pada beberapa pilihan saham dari indukstri berbeda
- Melakukan diversifikasi waktu. Dengan membeli saham yang sama di waktu yang berbeda, nilai rata-rata harga beli kamu pun tidak akan terlalu tinggi.
#6 Mengikuti Kerumunan
Kebanyakan investor saham cenderung mengikuti kerumunan (follow the herd) tren pasar. Pada waktu sebuah saham sedang tren karena harganya menjulang tinggi, kebanyakan para investor akan berbondong membelinya.
Sebaiknya seorang investor bijak memilih instrumen untuk diinvestasikan. Jangan mudah tergiur hanya karena semua orang sibuk ingin membeli sebuah instrumen investasi. Lakukanlah diversifikasi investasi untuk meminimalkan risiko.
#7 Terbawa Panic Selling
Kebalikan dari poin sebelumnya. Jika dalam follow the herd para investor berbondong-bondong ingin membeli sebuah instrumen investasi yang harganya naik tinggi (euforia), maka panic selling adalah peristiwa yang terjadi karena para investor berpanik ria akan kejatuhan harga saham.
Dalam fenomena panic selling, para investor ingin segera melepas sahamnya tanpa peduli harganya, karena takut harganya akan semakin jatuh. Tindakan ini dipicu oleh emosi dan ketakutan daripada analisis yang rasional.
Hindarilah menjual saham karena terbawa kepanikan. Analisislah saham yang ingin kamu jual, apakah secara fundamental saham tersebut masih layak kamu pegang.
#8 Terlalu Banyak Melakukan Trading
Tahukah kamu, terlalu banyak melakukan trading, juga dapat meningkatkan risiko kerugian.
Menurut Prof. Barber dan Prof. Odean (Journal of Finance, 2000), semakin sering seseorang melakukan trading, semakin rendah imbal hasil yang diperolehnya.
Kedua profesor tersebut mengatakan “Trading is hazardous for your wealth” yang artinya : Trading berbahaya untuk kekayaan kamu.
Siapa yang untung banyak jika kamu melakukan trading? Tentunya adalah broker kamu, fee yang diterima oleh broker akan semakin besar jika kamu semakin sering melakukan trading.
#9 Membeli Saham Gorengan
Apa itu saham gorengan ? Saham gorengan adalah yang harganya berfluktuasi sangat tajam karena pergerakannya dimanipulasi oleh sekelompok trader yang kita sebut bandar saham.
Saham gorengan dapat kamu kenali dari kapitalisasi pasarnya yang rendah dan likuiditasnya rendah.
Saham ini seringkali sepi perdagangannya, namun dalam satu waktu harganya bisa melonjak seiring dengan jumlah transaksi yang besar. Pada waktu inilah saham ini sedang “digoreng”. Seringkali fundamental perusahaan saham gorengan tidak jelas.
Harganya pun sering naik turun tanpa sebab yang jelas. Karena lonjakan harganya yang tidak didukung faktor fundamental, sebaiknya kamu hindari saham jenis ini untuk menghindari risiko yang tidak diperlukan.
#10 Memiliki Mental Penjudi
Trader atau investor saham dengan mental penjudi tidak ada bedanya dengan penjudi yang ada di kasino. Rata-rata mereka memiliki karakter:
- Ingin meraup untung dalam waktu singkat
- Tidak memiliki perencanaan dan perhitungan, bahkan tidak memahami probabilitas.
- Tidak tahu kapan harus berhenti berjudi
- Berjudi berdasarkan emosi atau asal nekad
Seorang investor saham profesional senantiasa mencermati Laporan Keuangan perusahaan dan melakukan analisis fundamental sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada suatu saham.
Selain metode teknis, seorang investor saham juga mampu mengelola keuangan dengan baik dan benar.