Berbagi : Pengalaman Ibu Pipit Widya Dalam Membangun Rumah Sendiri

Pinterest LinkedIn Tumblr +

dKonten.com, Properti – Mungkin sebagian dari pembaca dkonten.com ada yang berkeinginan untuk membangun rumah sendiri tetapi belum ada gambaran tentang proses membangun rumah sendiri itu seperti apa. Pada kesempatan kali ini admin akan berbagi cerita dari pengalaman Ibu Pipit Widya pada Blognya yang menurut Admin sangat berguna untuk diinformasikan kepada pembaca.

Baiklah berikut adalah kutipan cerita dari Ibu Pipit Widya, atau Anda dapat membacanya langsung dengan mengunjungi Blog pipitwidya.com :

Mempunyai rumah pasti seneng, dong, apalagi kalau rumah pertama. Hal ini pasti dirasakan semua orang. Untuk menentukan rumah yang kami tinggali ini, awalnya saya dan suami sempat bingung. Mau beli rumah ready stock di komplek, beli rumah second, atau beli tanah lalu dibangun sendiri. Semua tahap tersebut sudah kami jabanin satu per satu dan akhirnya kami memutuskan untuk membeli tanah. Banyak banget pengalaman yang kami dapat saat membangun rumah sendiri.

Pilihan membangun rumah sendiri bukannya kami sok-sokan, apalagi baik saya maupun suami tidak punya ilmu arsitek atau sipil sama sekali. Tapi suami pernah ikut seminar tentang properti dan kami juga bermimpi suatu saat akan mempunyai usaha di bidang properti *aamiin. Karena ini pula, mau nggak mau suami belajar otodidak mengenai dasar membangun rumah. Sedang saya, bagian doa dan penggembira aja, hihihi. Sumpah, saya diterangin berkali-kali soal teknik tetep aja nggak mudeng. Tiap orang berbeda kan ya *ngeles. Nah, pilihan kami ini terbilang nekat dan berani karena membangun di daerah rantau yang jauh dari saudara. Meski ada kendala tapi kami dapat mengambil pelajaran dari kendala tersebut.

Kalau ingat kendala sewaktu membangun rumah tahun 2011 lalu, ada yang membuat kami geleng kepala dan sedih tapi itu semua menjadi cerita yang nggak bakal dilupakan hihihi. Memang benar, tiap rumah itu ada ceritanya. Dan, cerita atau kendala yang kami hadapi saat itu buanyak buanget, secara kami memang mulai dari NOL, kakaaak *kayak petugas SPBU. Ah, nggak usah diceritain ya kendalanya. Biar saya, suami, dan Tuhan aja yang tahu hihihihi.

Kalau di daerah asal saya, sebenarnya membangun rumah sendiri merupakan hal biasa. Tinggal memanggil tukang langganan, bilang pengen ini-itu, langsung dikerjain. Tapi ketika saya berada di rantau yang mana sekarang lebih banyak membeli rumah jadi di komplek, mungkin pilihan membangun sendiri menjadi hal yang jarang karena mungkin nggak ada waktu atau nggak mau repot untuk mengurusi ina-ini-itu. Membangun rumah sendiri walaupun ribet dan butuh kesabaran ekstra tapi secara keseluruhan kami puas meski masih ada kekurangannya. Kepuasan tersebut karena kami bisa mewujudkan rumah sesuai harapan yang mana hal ini jarang didapat kalau membeli rumah jadi.

BACA JUGA  Menentukan Pilihan yang Tepat untuk Website Anda: Kelebihan dan Kekurangan Web Template, Desain Kustom Template, dan Full Kustom Website

Dari pengalaman saya dan suami, hal-hal yang perlu diperhatikan saat membangun rumah sendiri antara lain :

1. Amankan Lokasi

Jika jarak waktu membangun rumah masih lama dengan waktu membeli tanah, katakanlah minimal sekitar 3 bulan lagi, sebaiknya tanah atau lokasi yang akan dibangun, diberi pagar pembatas agar tanah tersebut tidak disalahgunakan orang lain. Atau bisa juga dititipkan orang yang tinggal di situ agar dirawat. Kalau nggak, bisa-bisa tanah tersebut ditanami atau didirikan bangunan yang mana saat kita mau bangun, mereka minta ganti rugi. Padahal mungkin saja mereka nggak lapor ke kita dan jelas-jelas mereka salah tapi susah banget mengatasi hal ini. Hhhmm, ini kejadian yang kami alami dan membuat kami harus merogoh uang untuk ganti rugi.

2. Kontraktor atau Tukang

Jika teman-teman punya kenalan kontraktor, lebih baik menggunakan jasa kontraktor tersebut. Kalau kita kenal dengan baik, sharingnya pun akan enak. Kalau nggak punya kenalan, bisa minta tolong teman untuk membantu mencarikan. Bisa juga mencari kontaktor atau tukang dari daerah asal. Hal ini bisa untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kalau misalnya membawa tukang dari daerah asal, pikirkan juga tempat tinggal mereka. Apakah tinggal di bedeng atau dikontrakkan sementara.

Nah, kontaktor atau tukang ini harus jelas perjanjiannya di awal. Apakah hanya memakai jasanya saja atau semua diserahkan ke kontraktor, mulai dari design, jasa, dan bahan bangunan. Diskusikan segala hal dan buatlah perjanjian yang jelas dan baik.

Untuk design, sebaiknya kita juga aktif bertanya agar bangunan dan ruangan yang ada nantinya sesuai harapan. Jangan sampai salah dalam peletakan ruang, kudu detail termasuk soal saluran pipa dan listrik. Jujur, saya angkat tangan masalah ini palingan komen soal bentuk bangunan dan penataan ruang aja sedang yang detail serahkan ke suami.

BACA JUGA  Apa Itu Digital Advertising?

Saya dan suami awalnya menghubungi kontraktor yang juga kenalan sewaktu seminar properti karena beliau sibuk dan telat merespon jadi kami cari kontaktor lain di internet. Kami hanya pakai jasanya saja.

3. Surat-surat

Sebelum membangun sebaiknya surat-surat dilengkapi dulu. Cek SHM sudah dibalik nama atau belum, cek PBB-nya sudah lunas atau belum, cek IMB-nya sudah dibikin belum. Surat-surat ini penting banget karena merupakan senjata ampuh kita kalau ada yang memprotes atau melarang pembangunan rumah tersebut. Nggak mau dong, sudah keluar uang banyak ternyata ada surat yang bermasalah.

Pada kasus saya, hanya IMB yang prosesnya lama karena ada pergantian pejabat atau gimana, nggak jelas. Waktu itu IMB sudah diurus tapi keluarnya lamaaaa banget. Hal ini nggak mungkin kami tunggu karena akan menghambat proses pembangunan itu sendiri. Kejadian saat membangun, lokasi sering didatangi petugas yang mengira bahwa kami belum mengurus IMB. Berbekal surat sementara dari pihak yang mengurus, kami tunjukkan surat tersebut dan dinyatakan aman.

4. Keuangan

Nggak ada uang, nggak jalan. Iya, betul banget. Keuangan yang mepet membuat kami harus mencari bank yang mau menerima ajuan kredit kami. Semua ajuan kredit pembangunan rumah diusahakan sendiri. Mulai googling syarat dan ngelist bank, telepon bank dan menemani survey dari bank. Kami mencari bank yang bunganya flat. Untung ada bank yang mau menerima meski saat itu masih terkendala IMB.

Membangun rumah itu kok rasanya uangnya kuraaang terus padahal waktu itu kami ditarget dari bank untuk pencairan dana selanjutnya. Kalau uang habis nggak tiba-tiba telepon bank langsung cair. Dana cadangan kami siapkan yakni nyari hutangan ke saudara, hihihi. Meski awalnya berat mau nggak mau itu sudah menjadi kewajiban. Alhamdulillah dari jangka waktu kredit 10 tahun, kami bisa melunasi di tahun ke-3. Endingnya ya ngos-ngosan lagi karena kami ngosek tabungan sampai resik hihihi. Alhamdulillah, tahun bebas KPR bisa dilaksanakan.

BACA JUGA  Inilah Ukuran Feed Instagram Paling Ideal Untuk Konten Bisnismu

Pengelolaan keuangan yang baik wajib diperlukan karena sewaktu-waktu harga bahan bangunan bisa berubah, misalnya saat kenaikan BBM. Kejadian seperti itu tiba-tiba tapi efeknya luar biasa, harga bahan bangunan naik sedikit saja, efeknya sudah lumayan, karena bahan bangunan itu pengalinya banyak. Saat membangun rumah, masa-masa pedih dan irit dinikmati dulu, nggak papa, wajar kok. Ingat saja akan hasilnya dan jangan lupa cicilannya, hihihi.

5. Bahan Bangunan

Masalah bahan bangunan, kami tidak menyerahkan ke kontraktor jadi suami yang sibuk kesana kemari mencari info toko mana yang harganya lebih murah. Satu toko nggak semua murah. Ada yang murah di bagian bata, pasir, dan semen tapi mahal di harga besi. Pun begitu saat mencari kusen. Alhamdulillah, suami dapat toko bangunan yang dekat rumah dan bisa ngutang hihihi. Meski bisa ngutang, tapi kami nggak menyalahgunakan kepercayaan tersebut. Alhamdulillah sampai sekarang silaturahim masih baik dan kami sering diberi harga murah dan dapat bonus kalau beli di sana.

Oia, untuk menghindari belanja bahan bangunan yang berlebih, kita harus bekerja sama dengan toko bangunan. Pastikan order hanya dari kita bukan tukang. Jadi kalau ada tukang order ke toko tersebut, kami minta jangan dilayani. Hal ini untuk memonitoring pengeluaran. Kumpulkan nota-nota bahan bangunan karena terkadang pemilik toko salah memberi harga, jadi kita bisa cek harga-harganya. Lumayan lho, kalau ada selisih harga karena ya tadi, bahan bangunan itu pengalinya banyak.

Kalau diajak ke toko bangunan yang nggak bisa kredit dan tempatnya bagus, saya kadang seneng karena melihat keramik dan printilan rumah yang dijual kok bentuknya lucu-lucu. Kalau pengin, lihat harga, dan kembali ke tujuan semula saja, hihihi. Takut jebol soalnya. Ingat, pengelolaan keuangan harus dijalankan dengan baik.

Itu pengalaman saya membangun rumah sendiri. Hhhmmm, saya yakin setiap rumah mempunyai cerita yang berbeda. Setiap rumah pasti mempunyai kenangan yang tak dilupakan pemiliknya. Dan, tiap rumah perlu usaha untuk mewujudkannya. Jika teman-teman berniat membangun rumah sendiri, jangan lupa poin-poin di atas, ya, siapa tahu bisa membantu.

Semoga bermanfaat informasinya.

Share.

About Author

Kami hadir sebagai Situs portal jual beli yang khusus mengiklankan atau menyediakan informasi penjualan properti dan perumahan untuk seluruh area provinsi Lampung.Kami memberikan kepraktisan untuk berbagai pihak yang ingin menjual, membeli, ataupun menyewakan properti seperti rumah, tanah, juga lahan komersial termasuk ruko, gudang, ruang kantor, toko retail, kontrakan atau kost di Lampung.

Comments are closed.